Salurkan Waqaf, Infaq dan Shadaqah/Sumbangan Anda untuk PEMBANGUNAN MASJID AD DA'WAH Jl.KH.Sirodj Salman RT.27 Samarinda melalui: BANK SYARIAH MANDIRI Rek. 7036237362

Rabu, 31 Desember 2008

PAWAI MUHARRAM 1430 H DI KEC.ANGGANA




Dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1430 H, di kecamatan Anggana diselenggarakan Pawai Muharram yang diikuti oleh para pelajar dari murid TK sampai dengan pelajar SMA dan Ibu-ibu majlis taklim. Peserta pawai dilepas oleh Bapak Akh.Taufik Hidayat,S.IP selaku Camat Anggana dengan tempat start di Lapangan MTQ Desa Anggana menuju finish di Desa Sungai Mariam. Kemeriahan begitu terlihat dari banyaknya peserta pawai dan lima regu barisan marching band SD Negeri yang ada di Kecamatan Anggana.

Senin, 29 Desember 2008

SELAMAT TAHUN BARU 1430 HIJRAH


MAJLIS TABLIGH DAN DAKWAH KHUSUS PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR MENGUCAPKAN SELAMAT TAHUN BARU 1430 HIJRAH, KEPADA KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT DIMANA SAJA BERADA, TERIRING DO'A SEMOGA ALLAH SWT SELALU MEMBERIKAN KEPADA KITA SEMUA KEKUATAN DAN KEMAUAN SERTA KESABARAN UNTUK SENANTIASA BERDAKWAH AMAR MAKRUF NAHY MUNKAR.

Rabu, 17 Desember 2008

PELAKSANAAN ERAU SARAT DENGAN NUANSA SYIRIK


BERITA KORAN SAPOS
Jumat, 12 Desember 2008
Judul : Sepasang Naga Ditempong Tawari
PESTA Erau sekaligus Festival Budaya Kutai Kartanegara (Kukar) 2008 digelar Minggu (14-21) Desember 2008 mendatang. Berbagai persiapan telah dilakukan. Para kerabat Keraton Kesultanan Kutai Kartatanegara Ing Martadipura pun melakukan berbagai ritual adat menjelang Erau. Salah satunya adalah memberi tempong tawar kepada sepasang Naga Erau di lantai dasar Kedaton Kukar, Rabu (10/12), kemarin.

Pemberian tempong tawar Naga itupun dilakukan oleh Dewa (ahli memang/mantra). Dewa membacakan mantra seolah berkomunikasi dengan sepasang Naga terebut lalu memercikkan air tempung tawar ke kepala dan tubuh naga terebut.

"Ini merupakan persiapan bahwa Erau akan dimulai," ujar seorang Kerabat Kedaton, Aji Khairudin yang bertugas mempersiapkan prosesi adat tersebut.

Tempong tawar naga ini seolah-olah untuk memberitahukan kepada Naga bahwa sebentar lagi Erau dimulai. Naga itu nanti akan di gunakan dan diulur. Naga itu akan dipindahkan dari tempat persemayamannya (Kedaton) ke Museum Mulawarman selepas diberi tempong tawar karena akan digunakan saat Erau nanti.

"Naga ini akan dipindahkan ke Museum Mulawarman. Lalu pada hari terakhir Erau akan diulur ke Kutai Lama yang diikuti acara Belimbur (saling siram) menandakan Erau berakhir," katanya. (hmp02)(sapos.co.id)

catatan penulis :
Dalam ajaran Islam, ritual seperti yang diberitakan di atas, jelas merupakan perbuatan yang bernuansa syirik, sebab terjadi sebuah pemujaan terhadap sesuatu selain Allah Subhanahu Wata'ala. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan ritual yang ada dalam pelaksanaan Erau ini seyogyanyalah harusnya bebas dari unsur-unsur syirik. Sebab kalau hal tersebut tetap dilakukan, menurut penulis daerah Kutai Kartanegara ini tidak akan mendapat berkah dari Allah SWT, malah sebaliknya bisa mendatangkan murka dan bencana.

Untuk itu penulis hanya bisa menyampaikan dan berpesan kepada ulama-ulama yang ada di Kutai Kartanegara untuk bisa mengingatkan dan menasehati para pejabat keraton dan pemerintahan akan bahaya syirik ini demi keberkahan Kutai Kartanegara.

Senin, 15 Desember 2008

Sang Pastor dan Rabbi pun Memberikan Selamat


Sejak tiga minggu terakhir ini saya disibukkan oleh berbagai kegiatan berkenaan dengan serangan teroris di kota Mumbai, India. Dari pertemuan dengan media (press conferences) di City Hall, memorialk service di Queen Borough Community College yang dihadiri oleh Walikota, hingga pernyataan bersama para pemimpin agama di Islamic Center pada hari Jum'at dan di Synagogue New York pada hari Sabtunya. Tapi barangkali yang paling berkesan bagi saya pribadi adalah ketika kami mengadakan pernyataan bersama dengan para pemimpin agama bersamaan dengan shalat Jum'atan, tgl 6 Desember, di Islamic Center New York. Saya katakan berkesan karena acara ini mendapat apresiasi dari kantor walikota, sampai-sampai Walikota Michel Bloomberg sendiri perlu menelpon untuk sekedar berterima kasih.

Akan tetapi, barangkali hal yang paling menjadikannya berkesan adalah kenyataan bahwa di saat kehadiran para pemimpin agama lain di Islamic Center itu, ada dua orang Amerika yang juga menyatakan keputusannya untuk memeluk agama Islam. Jordan dan Lynn, pada siang itu rupanya diam-diam hadir mendengarkan khutbah Jum'at yang sempat diliput oleh berbagai media massa itu, setelah selesai shalat meminta kepada security personal untuk menghubungi Imam karena ingin masuk Islam. Tentu, rencana untuk memberikan 'pernyataan' bersama itu tertunda sejenak. Jordan dan Lynn rupanya tidak punya hubungan dan tidak saling mengenal. Mereka berdua hanya secara kebetulan bersamaan untuk 'iseng-iseng' hadir mendengarkan khutbah Imam yang menurutnya ingin memastikan kalau Imam ini berani mengutuk serangan terorisme di Mumbai. Maklum, masih banyak yang meragukan hal ini.

Kehadiran Jordan dan Lynn justeru dari sebuah press release yang dikeluarkan oleh Foundation of Ethnic Understanding, pimpinan Rabbi March Scheneir, salah seorang Rabbi paling berpengaruh di AS. Dialah yang mengundang media massa untuk hadir di islamic Center mendengarkan khutbah dan sekaligus pernyataan bersama para pemimpin agama dalam menyikapi serangan teroris Mumbai.

Jordan adalah pria keturunan campuran Afrikan dan Irish. Sementara Lynn adalah gadis Amerika putih berasal dari Connecticutt. "Hello!" sapa saya ketika mereka berdua mendekat ke mihrab tempat saya berdiri. "Hi!" jawabnya serempak.

Oleh karena waktu tidak memungkinkan, saya tidak banyak bertanya kepada kedua hamba Allah ini. Saya hanya dengan sangat singkat menjelaskan tentang hakikat menjadi seorang Muslim. "Islam adalah agama yang didasarkan kepada keyakinan dan karya" (faith and action), kata saya. Karenanya untuk anda berdua menjadi Muslim, anda harus betul-betul yakin bahwa inilah jalan yang benar dan inilah jalan keselamatan bagi anda, dunia dan akhirat. Saya kemudian menjelaskan secara singkat kewajiban-kewajiban dasar bagi seorang Muslim.

Rupanya, keduanya telah lama mempelajari islam. Jordan adalah pegawai sebuah perusahaan dan kebetulan bersahabat dengan seorang Muslim dari Timur Tengah. Dialah yang banyak mengambil andil dalam proses belajar Islam sejak setahun lebih. Sementara Lynn adalah mahasiswi di Fordam University dan telah banyak mengukuti berbagai materi Islam, termasuk Shari'ah and International Law, yang justeru diajarkan oleh seorang professor beragama Kristen.

Namun demikian, untuk lebih memantapkan keduanya dan juga secara tidak langsung menyampaikan kepada tokoh-tokoh agama yang hadir pada siang itu, saya menanyakan kepada Jordan dan Lynn, "are you really certain of your decision?". Bahkan secara bercanda saya katakan "I never force you to do this!". Keduanya tersenyum dan serempak mengannguk.

Maka, dengan izin dan inayah Allah SWT, saya bimbing keduanya berikrar: " Laa ilaah illa Allah-Muhammad Rasul Allah". Nampak Lynn menetsskan airmata, sementara Jordan dengan sangat khusyuk mengikuti setiap kata dari syahadah.

Banyak hadirin yang ingin melompat mengucapkan selamat. Tapi saya meminta agar semua duduk di tempat masing-masing karena kita akan menyampaikan pernyataan bersama mengutuk serangan teroris di Mumbai. Tapi rupanya, Pendeta dan Rabbi yang hadir di hadapan keduanya mengucapkan syahadah terlebih dahulu mengulurkan tangan untuk menyampaikan selamat kepada mereka berdua. Saya hanya tersenyum, sedikit bangga, tapi juga agak risau memikirkan, apa gerangan di benak mereka menyaksikan Jordan dan Lynn masuk Islam?

Hanya Allah yang tahu. Selamat Jordan, selamat Lynn! Semoga anda berdua selalu dijaga di jalanNya.

Oleh Syamsi Ali, New York, 14 Desember 2008

Sandrina Malakiano Fatah Story


Setiap kali sebuah musibah datang, maka sangat boleh jadi di
belakangnya sesungguhnya menguntit berkah yang belum kelihatan. Saya
sendiri yakin bahwa ? sebagaimana Islam mengajarkan ? di balik
kebaikan boleh jadi tersembunyi keburukan dan di balik keburukan boleh
jadi tersembunyi kebaikan.

Saya sendiri membuktikan itu dalam kaitan dengan keputusan memakai
hijab sejak pulang berhaji di awal 2006. Segera setelah keputusan itu
saya buat, sesuai dugaan, ujian pertama datang dari tempat saya
bekerja, Metro TV.

Sekalipun tanpa dilandasi aturan tertulis, saya tidak diperkenankan
untuk siaran karena berjilbab. Pimpinan Metro TV sebetulnya sudah
mengijinkan saya siaran dengan jilbab asalkan di luar studio, setelah
berbulan-bulan saya memperjuangkan izinnya. Tapi, mereka yang
mengelola langsung beragam tayangan di Metro TV menghambat saya di
tingkat yang lebih operasional. Akhirnya, setelah enam bulan saya
berjuang, bernegosiasi, dan mengajak diskusi panjang sejumlah orang
dalam jajaran pimpinan level atas dan tengah di Metro TV, saya merasa
pintu memang sudah ditutup.

Sementara itu, sebagai penyiar utama saya mendapatkan gaji yang
tinggi. Untuk menghindari fitnah sebagai orang yang makan gaji buta,
akhirnya saya memutuskan untuk cuti di luar tanggungan selama proses
negosiasi berlangsung. Maka, selama enam bulan saya tak memperoleh
penghasilan, tapi dengan status yang tetap terikat pada institusi
Metro TV.

Setelah berlama-lama dalam posisi yang tak jelas dan tak melihat ada
sinar di ujung lorong yang gelap, akhirnya saya mengundurkan diri.
Pengunduran diri ini adalah sebuah keputusan besar yang mesti saya
buat. Saya amat mencintai pekerjaan saya sebagai reporter dan
presenter berita serta kemudian sebagai anchor di televisi. Saya sudah
menggeluti pekerjaan yang amat saya cintai ini sejak di TVRI Denpasar,
ANTV, sebagai freelance untuk sejumlah jaringan TV internasional, TVRI
Pusat, dan kemudian Metro TV selama 15 tahun, ketika saya kehilangan
pekerjaan itu. Maka, ini adalah sebuah musibah besar bagi saya.

Tetapi, dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberi saya yang
terbaik dan bahwa "dunia tak selebar daun Metro TV', saya bergeming
dengan keputusan itu. Saya yakin di balik musibah itu, saya akan
mendapat berkah dari-Nya.

HIKMAH BERJILBAB

Benar saja. Sekitar satu tahun setelah saya mundur dari Metro TV, ibu
saya terkena radang pankreas akut dan mesti dirawat intensif di rumah
sakit. Saya tak bisa membayangkan, jika saja saya masih aktif di Metro
TV, bagaimana mungkin saya bisa mendampingi Ibu selama 47 hari di
rumah sakit hingga Allah memanggilnya pulang pada 28 Mei 2007 itu.
Bagaimana mungkin saya bisa menemaninya selama 28 hari di ruang rawat
inap biasa, menungguinya di luar ruang operasi besar serta dua hari di
ruang ICU, dan kemudian 17 hari di ruang ICCU?

Hikmah lain yang saya sungguh syukuri adalah karena berjilbab saya
mendapat kesempatan untuk mempelajari Islam secara lebih baik.
Kesempatan ini datang antara lain melalui beragam acara bercorak
keagamaan yang saya asuh di beberapa stasiun TV. Metro TV sendiri
memberi saya kesempatan sebagai tenaga kontrak untuk menjadi host
dalam acara pamer cakap (talkshow) selama bulan Ramadhan.

Karena itulah, saya beroleh kesempatan untuk menjadi teman dialog para
profesor di acara "Ensiklopedi Al Quran" selama Ramadhan tahun lalu,
misalnya. Saya pun mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pemahaman
baru tentang agama dan keberagamaan. Islam tampil makin atraktif,
dalam bentuknya yang tak bisa saya bayangkan sebelumnya. Saya bertemu
Islam yang hanif, membebaskan, toleran, memanusiakan manusia,
mengagungkan ibu dan kaum perempuan, penuh penghargaan terhadap
kemajemukan, dan melindungi minoritas.

Saya sama sekali tak merasa bahwa saya sudah berislam secara baik dan
mendalam. Tidak sama sekali. Berjilbab pun, perlu saya tegaskan,
bukanlah sebuah proklamasi tentang kesempurnaan beragama atau tentang
kesucian. Berjibab adalah upaya yang amat personal untuk memilih
kenyamanan hidup.

Berjilbab adalah sebuah perangkat untuk memperbaiki diri tanpa perlu
mempublikasikan segenap kebaikan itu pada orang lain. Berjilbab pada
akhirnya adalah sebuah pilihan personal. Saya menghormati pilihan
personal orang lain untuk tidak berjilbab atau bahkan untuk berpakaian
seminim yang ia mau atas nama kenyamanan personal mereka. Tapi, karena
sebab itu, wajar saja jika saya menuntut penghormatan serupa dari
siapapun atas pilihan saya menggunakan jilbab.

Hikmah lainnya adalah saya menjadi tahu bahwa fundamentalisme bisa
tumbuh di mana saja. Ia bisa tumbuh kuat di kalangan yang disebut
puritan. Ia juga ternyata bisa berkembang di kalangan yang mengaku
dirinya liberal dalam berislam.

Tak lama setelah berjilbab, di tengah proses bernegosiasi dengan Metro
TV, saya menemani suami untuk bertemu dengan Profesor William Liddle ?
seseorang yang senantiasa kami perlakukan penuh hormat sebagai
sahabat, mentor, bahkan kadang-kadang orang tua ? di sebuah lembaga
nirlaba. Di sana kami juga bertemu dengan sejumlah teman, yang
dikenali publik sebagai tokoh-tokoh liberal dalam berislam.

Saya terkejut mendengar komentar-komentar mereka tentang keputusan
saya berjilbab. Dengan nada sedikit melecehkan, mereka memberikan
sejumlah komentar buruk, sambil seolah-olah membenarkan keputusan
Metro TV untuk melarang saya siaran karena berjilbab. Salah satu
komentar mereka yang masih lekat dalam ingatan saya adalah, "Kamu
tersesat. Semoga segera kembali ke jalan yang benar."

Saya sungguh terkejut karena sikap mereka bertentangan secara
diametral dengan gagasan-gagasan yang konon mereka perjuangkan, yaitu
pembebasan manusia dan penghargaan hak-hak dasar setiap orang di
tengah kemajemukan.

Bagaimana mungkin mereka tak faham bahwa berjilbab adalah hak yang
dimiliki oleh setiap perempuan yang memutuskan memakainya? Bagaimana
mereka tak mengerti bahwa jika sebuah stasiun TV membolehkan perempuan
berpakaian minim untuk tampil atas alasan hak asasi, mereka juga
semestinya membolehkan seorang perempuan berjilbab untuk memperoleh
hak setara? Bagaimana mungkin mereka memiliki pikiran bahwa dengan
kepala yang ditutupi jilbab maka kecerdasan seorang perempuan langsung
meredup dan otaknya mengkeret mengecil?

Bersama suami, saya kemudian menyimpulkan bahwa fundamentalisme ?
mungkin dalam bentuknya yang lebih berbahaya ? ternyata bisa
bersemayam di kepala orang-orang yang mengaku liberal.
(Dari Facebook-nya Sandrina Malakiano Fatah,-M.Iqbal Dian Kurniawan)

Sabtu, 13 Desember 2008

PCM ANGGANA SEMBELIH 2 EKOR SAPI

PC Muhammadiyah Kec.Anggana pada lebaran haji tahun 1429 ini telah menyembelih dua ekor sapi, satu ekor dari PW Aisyiyah Kalimantan Timur dan satu ekor dari jamaah warga Muhammadiyah ranting Desa Sidomulyo. Pelaksanaan pemotongan langsung setelah diselenggarakan sholat ied dan dibagikan kepada warga dan jamaah yang ada di di Desa Sidomulyo, Desa Anggana dan Desa Sungai Mariam. Disamping itu PCM Anggana juga mendapat kiriman paket daging kurban dari PD Muhammadiyah Kutai Kartanegara sebanyak 35 paket. Sementara itu khobah Ied disampaikan oleh Ustadz Ir.Masyumi, anggota Majlis Pendidikan Kader PW Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Sholat Idul Adha 1429 di Kuala Kapuas



Di Kuala Kapuas penyelenggaraan shalat Ied pada umumnya dilakukan di masjid-masjid, sebab secara mayoritas umat Islam yang ada di Kuala Kapuas adalah masyarakat yang berasal dari Kalimantan Selatan yang memang secara kultural bermazhab Imam Syafi’I yang menyatakan bahwa shalat Ied lebih afdol diselenggarakan di masjid. Namun ternyata ada juga sebagian umat Islam yang menyelenggarakan shalat Ied di lapangan terbuka, yaitu yang dikoordinir oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kuala Kapuas, tepatnya di komplek stadion Kuala Kapuas, tepatnya di Lapangan Tenis. Dan ini merupakan satu-satunya shalat Ied yang diselenggarakan di lapangan di Kuala Kapuas. Muhammadiyah berkeyakinan dan berusaha semaksimal mungkin dalam beribadah mencontoh dan mendekati seperti apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam khotbahnya yang berjudul Meraih Kemulian dengan Taat kepada Allah, khatib Ustadz H.Ahmad Hadi Abwa, menyampaikan bahwa Nabi Ibrahim AS adalah tokoh sentral yang selalu dikenang di setiap Idul Adha, dan bahwa memang patut untuk diteladani karena pengorbanannya yang luar biasa dalam ketaatan dan ketundukannya kepada Allah SWT, yang berwujud pada ketaatan agung yang tidak tertandingi, semua itu tampak mulai dari proses perjalanan kehidupannya, bagaimana sang nabiullah mempertahankan aqidatuttauhid di lingkungan para penyembah berhala sampai pada keikhlasan mengorbankan putra tersayang dalam peristiwa penyembelihan yang berakhir dengan syariat ibadah kurban hingga saat ini. Disamping sebagai Rasulullah yang sempurna, Nabi Ibrahim AS dalam kehidupan kemanusiaanya juga berhasil mendidik istri dan anak keturunan dalam ketaatan di atas jalan Allah.
Diakhir khotbanya, khotib yang juga direktur Ma’had Nurul Amin Muhammadiyah Alabio Kalimantan Selatan ini mengingatkan sebuah hadits Nabi SAW yaitu “kalian akan berlomba-lomba (untuk mendapatkan harta), kemudian kalian akan saling hasad, kemudian kalian akan saling membelakangi (tidak mau lagi saling bertemu, tidak lagi saling nasehat-menasehati), dan akhirnya kalian akan saling membenci” (HR.Muslim).

Demikian, sedikit cerita tentang sholat Ied di Kuala Kapuas, sebuah kota di Kalimantan Tengah.