Salurkan Waqaf, Infaq dan Shadaqah/Sumbangan Anda untuk PEMBANGUNAN MASJID AD DA'WAH Jl.KH.Sirodj Salman RT.27 Samarinda melalui: BANK SYARIAH MANDIRI Rek. 7036237362

Sabtu, 31 Mei 2008

PENGERTIAN TENTANG DAKWAH


Dakwah pada pokoknya berarti ajakan atau panggilan yang diarahkan pada masyarakat luas untuk menerima kebaikan dan meninggalkan keburukan. Dakwah merupakan usaha untuk menciptakan situasi yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam di semua bidang kehidupan. Dipandang dari kacamata dakwah, kehidupan manusia merupakan suatu kebulatan. Sekalipun kehidupan dapat dibedakan menjadi beberapa segi, tetapi dalam kenyataan kehidupan itu tidak dapat dipisah-pisahkan.
Secarta teori kita bisa membedakan antara kehidupan-kehidupan berpolitik, ekonomi, budaya, sosial, hukum dan lain sebagainya, tetapi secara realitas kehidupan-kehidupan tersebut menyatu bulat menjadi suatu keutuhan. Oleh karena itu kita jangan sampai terjebak dalam sebuah pemikiran seolah-olah berbagai kehidupan itu terpisah satu sama lain.
Para Rasul dan Nabi adalah tokoh-tokoh dakwah yang paling terkemuka dalam sejarah umat manusia. Mereka adalah pendakwah-pendakwah yang sempurna. Dibandingkakan dengan para Rasul dan Nabi itu, kita memang bukan apa-apa. Akan tetapi kita boleh sedikit berbangga bahwa pada hakikatnya kita telah berusaha memilih jalan untuk bergabung dengan para Rasul dan Nabi, sehingga dapat dikatakan, Insya Allah kita semua termasuk rombongan para kekasih Allah.
Kita bukan pengikut Karl Marx atau Vladimir Lenin. Kita juga tidak akan pernah mengikuti paham-paham hidup yang menyesatkan, apakah itu sekularisme, sosialisme, materialisme, liberalisme, hedoneisme, dan lain sebagainya. Akan tetapi kita mengikuti Rasul yang kita cintai Nabi Muhammad SAW. Konsekwensi dari pilihan kita itu adalah bahwa kita harus senantiasa berusaha mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW, termasuk jejak langkah beliau dalam menggerakan dakwah, amar makruf nahi munkar.
Dalam Islam dikenal istilah dakwah dan tabligh. Secara kebahasaan kata dakwah berarti panggilan, seruan atau ajakan, sedangkan kata tabligh berarti penyampaian materi. Keduanya memiliki pengertian yang hampir sama. Jika dakwah berarti mengajak seseorang atau sekelompok orang untuk memeluk agama Islam, maka tabligh berarti menyampaikan ajaran Islam kepada seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan agar orang atau kelompok itu bersedia memeluk agama Islam demi kebaikan mereka di dunia dan keselamatan di akhirat kelak. Pelaku dakwah disebut da’i sedangkan pelaku tabligh disebut muballigh. Tabligh adalah bagian dari dakwah, tetapi dakwah tidak hanya dilakukan dengan tabligh.
Dalam pengertian yang luas dakwah adalah upaya untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran Islam atau untuk mewujudkan ajaran Islam ke dalam kehidupan yang nyata. Dakwah dalam konteks ini dapat bermakna pembangunan kualitas sumber daya manusia, pengentasan kemiskinan, memerangi kebodohan dan keterbelakan serta pembebasan. Dakwah juga bisa berarti penyebarluasan rahmat Allah, sebagaimana telah ditegaskan dalam Islam dengan istilah rahmatan lil alamin. Dengan pembebasan, pembangunan dan penyebarluasan ajaran Islam, berarti dakwah merupakan proses untuk mengubah kehidupan manusia atau masyarakat dari kehidupan yang tidak Islami menjadi suatu kehidupan yang Islami. Atas dasar ini, esensi dakwah dalam Islam adalah mengajak kepada kebaikan, yad’uuna ilalkhair, memerintahkan kepada yang makruf, ya’muruuna bil ma’ruf dan melarang dari yang munkar, yanhauna anilmunkar, dalam pengertian yang seluas-luasnya. QS.Ali Imran(3):110,
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Dakwah di zaman Nabi Muhammad SAW melalui tiga bentuk, yaitu lisan, tulisan dan perbuatan. Dakwah melalui lisan pertama kali dilakukan nabi kepada istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya. Dakwah melalui tulisan dilakukan nabi dengan cara mengirim surat yang berisi seruan, ajakan atau panggilan untuk menganut agama Islam kepada raja-araja dan kepala-kepala pemerintahan dari negara-negara di sekitar Jazirah Arab. Sedangkan dakwah melalui perbuatan nyata adalah dengan merintis dan mempraktekan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga bentuk dakwah di atas dapat dilakukan oleh setiap orang Islam sesuai dengan profesi dan kemampuan masing-masing dalam segala kegiatan hidup dan kehidupannya.
Dimensi yang tercakup dalam dakwah meliputi :
1. Dimensi Kerisalahan
QS.Al Maidah(5):67
Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[430]. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.[430] Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w.

QS.Ali Imran(3):104
dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.
[217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
2. Dimensi Kerahmatan
QS.Al Anbiya(21):107

dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

3. Dimensi Kesejarahan
QS.Al Hasyr(59):18
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dimensi kerisalahan dipahami sebagai upaya meneruskan tugas Rasulullah untuk menyeru agar manusia lebih mengetahui, memahami, menghayati(mengimani) dan mengamalkan Islam sebagai pandangan hidup. Sedang dimensi kerahmatan bermakna untuk mengaktualkan Islam sebagai rahmat (jalan hidup yang menggembirakan, memudahkan, dan menyejahterakan) bagi umat manusia. Adapun dimensi kesejarahan mengandung upaya mengaktualkan peran kesejarahan manusia beriman dalam memahami dan mengambil pelajaran masa lalu untuk kepentingan mempersiapkan masa depan yang gemilang.
Sedangkan metode dakwah secara umum dan menjadi acuan, merujuk pada firman Allah SWT dalam al Qur’an, yaitu metode hikmah, maw’idhah hasanah dan mujadalah billati hiya ahsan QS.an Nahl(16):125:

serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Dakwah dengan hikmah berarti penyampaian dakwah dengan terlebih dahulu mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar serta mendalam orang atau masyarakat yang menjadi sasarannya. Dalam kaitan ini, sasaran dakwah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu umat ijabah dan umat dakwah. Umat iajabah adalah individu dan masyarakat yang telah masuk Islam, sedangkan umat dakwah adalah individu dan masyarakat yang belum masuk Islam. Metode dakwah kedua adalah metode mau’idhah hasanah. Metode ini mengandung arti memberi kepuasan kepada jiwa orang atau masyarakat yang menjadi sasaran dakwah Islam itu dengan cara-cara yang baik, seperti dengan memberi nasihat, dan contoh teladan yang baik. Metode dakwah jenis kedua ini terkait dengan sifat dakwah yang memudahkan (taysir), menyenangkan dan menggembirakan (tabsyir). Sementara ini, metode dakwah yang ketiga adalah metode mujadalah bil lati hiya ahsan. Metode ini diartikan bertukar pikiran dengan cara-cara terbaik yang dapat dilakukan, sesuai dengan kondisi orang-orang dan masyarakat sasaran.
Metode apapun dalam berdakwah, yang pasti dakwah harus dijadikan sebagai alat untuk melakukan perubahan individu atau masyarakat, dari kehidupan yang belum Islami menjadi kehidupan yang Islami. Dalam konteks ini, dakwah yang dilakukan seorang da’i atau muballigh harus bersifat korektif, panduan dan integratif. Dakwah bersifat korektif, karena dakwah selalu mengoreksi kecenderungan perkembangan masyarakat yang makin menjauh atau bahkan bertentangan dengan tatanan Islam, baik yang menyangkut tata nilai maupun tata kehidupan. Dakwah bersifat panduan, karena dakwah itu berarti membimbing atau memandu gerak masyarakat Islami. Sementara dakwah bersifat integratif, karena dakwah berfungsi sebagai suatu pendorong perkembangan masyarakat.(ay1)

Tidak ada komentar: